Narasi Seks Asli 2018 Cerita seks ini terjadi saat saya saat waktu kuliah. Narasi Seks yang mencoba ingin saya untuk ke beberapa teman semua ialah pengalaman narasi dewasa dan narasi seks ku dengan dosen kuliahku. Dia mengajarkan mata kuliah bahasa inggris. Searah bersama waktu, sekarang saya dapat kuliah di kampus kemauanku. Namaku Jack, saat ini saya ada di Yogyakarta dengan sarana yang baik sekali sekali. Aku pikir saya cukup untung dapat bekerja sekalian kuliah hingga saya memiliki pendapatan tinggi.
Cersex Selingkuh – Ceritaku ini bermula dari reuni SMA-ku di Jakarta. Kemudian saya berjumpa dengan dosen bahasa inggrisku, kami bercakap dengan akrabnya. Rupanya Ibu Shinta masih fresh fit dan benar-benar menarik. Performanya benar-benar mengagumkan, menggunakan rok mini yang ketat, kaos hebat tank hingga lekuk badannya terlihat demikian terang.
Narasi seks, narasi seks 2018, narasi seks terkini 2018, narasi seks igo, narasi seks serong, narasi seks sedarah, narasi seks setubuhian, narasi seks perawan, narasi seks 2018 terupdate, narasi dewasa igo, narasi ngentot terkomplet.
Terang saja ia masih terbilang muda karena saat saya SMA dahulu ia ialah guru paling muda yang mengajarkan di sekolah kami. Sekolahku itu hanya terdiri dari 2 kelas, umumnya pelajarnya ialah cewek. Cukup lama saya bercakap dengan Ibu Shinta, kami ternyata tidak sadar waktu bergulir secara cepat hingga beberapa undangan harus pulang. Lantas kami juga jalan munuju ke pintu gerbang sekalian telusuri ruangan kelas tempatku belajar waktu SMA dahulu.
Mendadak Ibu Shinta terpikir jika tasnya ketinggalan dalam kelas sehingga kami mau tak mau kembali lagi ke kelas. Saat itu kurang lebih nyaris jam 12 malam, tinggal kami berdua. Beberapa lampu di lapangan tengah saja yang masih ada. Sesampai di kelas, Ibu Shinta juga ambil tasnya selanjutnya saya terpikir akan masa silam bagaimana rasanya di kelas bersama beberapa teman. Lamunanku bubar saat Ibu Shinta panggilku.Narasi Seks Terkini Ibu Shinta Dosenku
“Jack mengapa?”
“Ah.. tidak ada apa-apa”, jawabku. (sebenarnya situasi sunyi dan sangat bergidik itu membuat keinginanku naik-turun apalagi ada Ibu Shinta di sampingku, membuat jantungku selalu berdebar).
“Mari Jack kita pulang, kelak Ibu kekurangan angkutan”, kata Ibu Shinta.
“Seharusnya Ibu saya antara dengan mobil saya”, jawabku dengan ragu.
“Terima kasih Jack”.
Tanpa menyengaja saya mengungkapkan isi hatiku ke Ibu Shinta jika saya sukai padanya,
“Oh my God what i’m doing”, dalam hatiku.
Rupanya kondisi berbicara lain, Ibu Shinta termenung saja dan secara langsung keluar ruangan kelas. Saya cemas dan berusaha meminta maaf.
Ibu Shinta rupanya telah pisah dengan suaminya yang bule itu, ucapnya suaminya pulang ke negaranya. Saya terheran dengan pengakuan Ibu Shinta. Kami stop sesaat di muka kantornya lantas Ibu Shinta keluarkan kunci dan masuk ke dalam kantornya, aku pikir buat apa masuk ke kantornya malam-malam ini.
Saya makin ingin tahu lantas masuk dan berniat ajaknya pulang tetapi Ibu Shinta menampik. Saya merasakan tidak sedap lantas menantinya, kurangkul bahu Ibu Shinta, secara cepat Ibu Shinta akan menampik tapi ada peristiwa yang tidak tersangka, Ibu Shinta menciumku dan aku juga membalas.
Ohh.., betapa senangnya saya ini, lantas secara cepat saya menciumnya dengan semua kegairahanku yang terkubur. Rupanya Ibu Shinta tidak ingin kalah, dia menciumku dengan keinginan yang besar sekali menginginkan kehangatan dari pria.
Dengan menyengaja saya telusuri dadanya yang lebih besar, Ibu Shinta terengah hingga kecupan kami semakin bertambah panas selanjutnya terjadi pergumulan yang hebat. Ibu Shinta mainkan tangannya ke tangkai kemaluanku hingga saya benar-benar terangsang.
Lantas saya minta Ibu Shinta buka pakaiannya, satu-satu kancing pakaiannya dibukanya halus, kutatap dengan penuh keinginan. Rupanya sangkaanku salah, dadanya yang kusangka kecil rupanya sangat besar dan cantik, BH-nya warna hitam berenda yang modenya sangat seksi.
Karena tidak sabar karena itu kucium lehernya dan sekarang Ibu Shinta 1/2 telanjang, saya tidak ingin langsung menelanjanginya, hingga pelan-pelan kunikmati keelokan badannya.
Aku juga buka pakaian hingga tubuhku yang tegap dan atletis menghidupkan nafsu Ibu Shinta,
“Jack kupikir Ibu ingin bercinta denganmu sekarang ini.., Jack, tutup pintunya dahulu donk”, bisiknya dengan suara cukup tergetar, mungkin meredam birahinya yang mulai naik
Tanpa diminta 2x, sekencang kilat saya selekasnya tutup pintu depan. Pasti supaya kondisi aman dan teratasi. Kemudian saya kembali lagi ke Ibu Shinta. Sekarang saya jongkok di depannya. Menguak rok mininya dan renggangkan ke-2 kakinya. Wuih, begitu mulus ke-2 pahanya. Pangkalnya terlihat menggunduk dibuntel celana dalam warna hitam yang sangat kurang.
Sekalian mencium pahanya tanganku menelusup di pangkal pahanya, meremas-remas lubang senggamanya dan klitorisnya yang besar. Lidahku semakin naik ke atas. Ibu Shinta menggeliat kegelian sekalian mendesah lembut. Pada akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya.
“Ingin apa kau sshh… sshh”, tanyanya lirih sekalian memegang kapalaku erat-erat.
“Ooo… oh.. oh..”, desis Ibu Shinta kenikmatan saat lidahku mulai bermain di gundukan lubang kepuasannya. Terlihat ia kenikmatan walau tetap terbatasi celana dalam.
Gempuran juga kutingkatkan. Celananya kulepaskan. Saat ini piranti rahasia kepunyaannya ada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris yang lebih besar sesuai sangkaanku. Di sekitarnya banyak rambut yang tidak demikian lebat. Lidahku selanjutnya main di bibir kemaluannya. Perlahan-lahan segera masuk ke dengan beberapa gerakan melingkar yang membuat Ibu Shinta semakin kenikmatan, sampai harus mengusung-angkat pinggulnya.
“Aahh… Kau pandai sekali. Belajar darimanakah hh…”
Tanpa sungkan-sungkan Ibu Shinta mencium bibirku. Lantas tangannya sentuh celanaku yang mencolok karena tangkai kemaluanku yang ereksi optimal, meremas-remasnya sesaat. Begitu halus kecupannya, walau masih polos. Saya selekasnya menjulurkan lidahku, mainkan di rongga mulutnya. Lidahnya kubelit sampai ia seperti akan tersendak. Sebelumnya Ibu Shinta seperti mau melawan dan melepas diri, tetapi tidak kubiarkan. Mulutku seperti menempel di mulutnya.
“Uh kamu pengalaman sekali ya. Sama siapa? Kekasihmu?”, tanyanya antara kecipak kecupan yang membara dan memulai liar.
Itil V3
Saya tidak menjawab. Tanganku mulai permainkan ke-2 payudaranya yang terlihat menarik tersebut. Agar tidak menyusahkanku, BH-nya kulepas. Sekarang ia telanjang dada. Tidak senang, selekasnya kupelorotkan rok mininya. Nach sekarang ia telanjang bundar. Begitu bagus badannya. Padat, kuat dan putih mulus.
“Tidak adil. Kamu harus juga telanjang..” Ibu Shinta juga menanggalkan kaos, celanaku, dan paling akhir celana dalamku.
Tangkai kemaluanku yang tegak penuh selekasnya diremas-remasnya. Tanpa dikomando kami rebah di atas tempat tidur, berguling-guling, sama-sama menindih. Saya merunduk ke selangkangannya, cari pangkal kepuasan kepunyaannya. Tanpa ampun kembali mulut dan lidahku serang wilayah itu dengan liar. Ibu Shinta mulai keluarkan jeritan-jeritan ketahan meredam nikmat. Nyaris lima menit kami nikmati permainan tersebut. Seterusnya saya merayap naik. Menyorongkan tangkai kemaluanku ke mulutnya.
“Giliran donk..” Tanpa menanti jawabnya selekasnya kumasukkan tangkai kemaluanku ke mulutnya yang imut.
Sebelumnya cukup kesusahan, tapi semakin lama ia dapat beradaptasi hingga tidak lama tangkai kemaluanku masuk ke dalam rongga mulutnya.
“Malah di sana enaknya.., Sejauh ini dengan suami bermain seksnya bagaimana?”, tanyaku sekalian menciumi payudaranya.
Ibu Shinta tidak menjawab. Ia justru menciumCbibirku dengan penuh nafsu. Tanganku juga dengan berganti-gantian mainkan ke-2 payudaranya yang kenyal dan selangkangannya yang mulai basah. Saya tahu, wanita itu telah kepengin ditiduri. Tetapi saya menyengaja biarkan ia jadi ingin tahu sendiri.
Tapi semakin lama saya tidak kuat , tangkai kemaluanku juga ingin selekasnya memacu lubang kepuasannya. Perlahan-lahan saya arahkan barangku yang kaku dan keras itu ke selangkangannya. Saat mulai tembus lubang kepuasannya, kurasakan badan Ibu Shinta cukup gemetaran.
“Ohh…”, desahnya saat dikit demi sedikit tangkai kemaluanku masuk ke dalam lubang kepuasannya.
Sesudah semua barangku masuk, saya selekasnya bergoyang turun naik di atas badannya. Saya semakin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan dan ke-2 payudaranya yang turut bergoyang-goyang.
Tiga menit sesudah kugenjot, Ibu Shinta menjepitkan ke-2 kakinya ke pinggangku. Pinggulnya dinaikkan. Nampaknya ia akan orgasme. Pacuan tangkai kemaluanku kutingkatkan.
“Ooo… ahh… hmm… ssshh…”, desahnya dengan badan menggeliat meredam kepuasan pucuk yang didapatnya.
Kubiarkan ia nikmati orgasmenya sesaat. Kuciumi pipi, dahi, dan semua mukanya yang berkeringat.
“Saat ini Ibu Shinta kembali. Menungging di meja.., saat ini kita bermain donk di meja ok!” Saya atur tubuhnya dan Ibu Shinta menurut.
Ia sekarang bertopang pada siku dan kakinya.
“Style apalagi ini?”, tanyanya.
Sesudah siap aku juga mulai memacu dan menggoyang badannya dari belakang. Ibu Shinta menjerit lagi dan mendesah rasakan kepuasan yang tidak ada taranya, yang mungkin sejauh ini tidak pernah ia peroleh dari suaminya. Sesudah ia orgasme sampai 2x, kami istirahat.
“Lelah?”, tanyaku. “Kamu ini serba aneh saja. Sampai ingin hancur tulang-tulangku”.
“Tetapi kan nikmat Bu..”, jawabku sekalian meremas lagi payudaranya yang bikin gemas.
“Ya dech jika lelah. Tetapi tolong satu kali lagi, saya ingin masuk supaya spermaku keluar. Nih sudah tidak tahan kembali tangkai kemaluanku. Saat ini Ibu Shinta yang di atas”, kataku sekalian atur tempatnya.
Saya terletang dan ia menempati pinggangku. Tangannya kubimbing supaya menggenggam tangkai kemaluanku masuk ke dalam selangkangannya. Sesudah masuk badannya kunaik-turunkan selaras pacuanku dari bawah. Ibu Shinta tersentak-sentak meng ikuti irama goyanganku yang lama-lama semakin cepat. Payudaranya yang turut bergoyang-goyang menambahkan nafsu gairahku. Apalagi disertai lenguhan dan jeritannya saat mendekati orgasme.
Saat ia capai orgasme saya belum apapun. Tempatnya selekasnya kuubah ke style konservatif. Ibu Shinta kurebahkan dan saya menembaknya di atas. Dekati klimaks saya tingkatkan frekwensi dan kecepatan pacuan tangkai kemaluanku.
“Oh Ibu Shinta.., saya ingin keluar nih ahh..” Selang beberapa saat spermaku muncrat dalam lubang kepuasannya.
Ibu Shinta selanjutnya susul capai klimaks. Kami berangkulan kuat. Kurasakan lubang kepuasannya demikian hangat menjepit tangkai kemaluanku. Lima menit lebih kami dalam posisi santai semacam itu.
Kami berangkulan, berciuman, dan sama-sama meremas kembali. Seperti tidak puas-puas rasakan kepuasan berurut yang barusan kami merasai. Kemudian kami bangun pada pagi hari, kami pergi cari makan pagi dan terlibat percakapan kembali. Ibu Shinta harus pergi mengajarkan hari itu dan sorenya baru dapat kujemput.
Narasi Dewasa Ibu Shinta Dosenku
Sore sudah datang, Ibu Shinta kujemput dengan mobilku. Kita makan di mall dan kami juga bergerak pulang ke arah tempat parkir. Pada tempat parkir tersebut kami berlaga lagi, saya mulai menciumi lehernya. Ibu Shinta mendangakkan kepala sekalian pejamkan mata, dan tanganku mulai meremas ke-2 buah dadanya. Napas Ibu Shinta semakin terengah, dan tanganku juga masuk antara ke-2 pahanya. Celana dalamnya telah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang.
“Uuuhh.., mmmhh..”, Ibu Shinta menggeliat, tetapi nafsuku telah tiba ke ubun-ubun dan aku juga buka dengan paksakan pakaian dan rok mininya.
Aaahh..! Ibu Shinta dengan posisi yang melawan di jok belakang dengan menggunakan BH merah dan CD merah. Saya selekasnya mencium puting susunya yang lebih besar dan tetap terbungkus dengan BH-nya yang seksi, berubah-ubah kanan dan kiri. Tangan Ibu Shinta mengelus sisi belakang kepalaku dan erangannya yang terganggu membuatku semakin tidak sabar. Saya menarik lepas celana dalamnya, dan nampaklah bukit kemaluannya.
Aku juga selekasnya memasukkan kepalaku ke tengah ke dua pahanya.
“Ehhh…, mmmhh..”. Tangan Ibu Shinta meremas jok mobilku dan pinggulnya tergetar saat bibir kemaluannya kucumbui.
Kadang-kadang lidahku beralih ke perutnya dan menjilat-jilatinya dengan perlahan-lahan.
“Ooohh.., aduuuhh..”. Ibu Shinta mengusung punggungnya saat lidahku menyelusup antara belahan kemaluannya yang demikian rapat.
Lidahku bergerak di atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai buka. Kadang-kadang lidahku membelai klitorisnya yang membuat badan Ibu Shinta terlonjak dan napas Ibu Shinta seolah tersendak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas ke-2 bukit dadanya. Putingnya jadi membesar dan mengeras. Saat saya stop menjilat dan mengulum, Ibu Shinta terkapar tersengal-sengal, matanya terpejam. Tergesa saya buka semua bajuku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Ibu Shinta.
“Mmmhh…, mmmhh.., ooohhm..”. Saat Ibu Shinta buka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku, sekarang iapun mulai mengisap.
Tanganku berganti-gantian meremas dadanya dan membelai kemaluannya.
“Oouuuh Ibu Shinta.., enaaaak.., teruuuss…”, erangku.
Ibu Shinta terus menghisap tangkai kemaluanku sekalian tangannya menyeka lubang kepuasannya yang sudah banjir karena terangsang melihat tangkai kemaluanku yang demikian besar dan gagah untuknya. Nyaris 20 menit ia mengisap tangkai kemaluanku dan tidak lama berasa sekali suatu hal didalamnya ingin loncat ke luar.
“Ibu Shinta.., ooohh.., enaaak.., teruuus”, teriakku.
Ia memahami jika saya ingin keluar, karena itu ia perkuat hisapannya dan sekalian menekan lubang kepuasannya, saya saksikan ia melafalkanng dan matanya terpejam, kemarin..,
“Creet.., suuurr.., ssuuur..”
“Oughh.., Jack.., nikmat..”, erangnya ketahan karena mulutnya tersumpal oleh tangkai kemaluanku.
Dan karena hisapannya terlampau kuat pada akhirnya saya pun tidak kuat meredam ledakan dan sekalian kutahan kepalanya, kusemburkan maniku ke mulutnya,
“Crooot.., croott.., crooot..”, banyak maniku yang tumpah dalam mulutnya.
“Aaahkk.., ooough”, ujarku senang. Saya belum juga merasa lemas dan mampu kembali, aku juga naik ke atas badan Ibu Shinta dan bibirku melumat bibirnya.
Wewangian kemaluanku berada di mulut Ibu Shinta dan wewangian kemaluan Ibu Shinta di mulutku, tukar saat lidah kami sama-sama membelit. Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke sela di selangkangan Ibu Shinta, dan sesaat selanjutnya kurasakan tangan Ibu Shinta menekan bokongku dari belakang. Baca : Cerita Dewasa Terkini 2018 Gadis Penjual Kepuasan
“Ohm, masuk.., augh.., masukkan”
Perlahan-lahan kemaluanku mulai menyodok masuk ke dalam lubang kemaluannya dan Ibu Shinta makin mendesah-desah. Selekasnya saja kepala kemaluanku berasa ketahan oleh suatu hal yang kenyal. Dengan 1 hentakan, tembuslah rintangan tersebut. Ibu Shinta memekik kecil. Saya menekan lebih dalam dan mulutnya mulai menceracau,
“Aduhhh.., ssshh.., iya.., terus.., mmmhh.., aduhhh.., sedap.., Jack”
Saya merengkuhkan ke-2 lenganku ke punggung Ibu Shinta, lantas mengubah ke-2 badan kami hingga Ibu Shinta saat ini duduk di atas pinggulku. Terlihat kemaluanku menancap sampai pangkal di kemaluannya. Tanpa perlu diajari, Ibu Shinta selekasnya gerakkan pinggulnya, sedangkan jari-jariku berganti-gantian meremas dan menggosok payudaranya, klitoris dan pinggulnya, dan kamipun berlomba-lomba capai pucuk.
Melalui beberapa saat, pergerakan pinggul Ibu Shinta semakin mengganas dan iapun membungkukkan badannya dengan bibir kami sama-sama melumat. Tangannya menjambak rambutku, dan pada akhirnya pinggulnya stop membentak. Berasa cairan hangat melumur semua tangkai kemaluanku. Sesudah badan Ibu Shinta melemas, saya mendorongnya sampai terlentang, dan sekalian menindihnya, saya memburu pucuk orgasmeku sendiri.
Saat saya capai klimaks, Ibu Shinta pasti rasakan siraman air maniku di lubang kepuasannya, dan iapun mengeluhkan lemas dan rasakan orgasmenya yang ke-2 . Demikian lama kami diam tersengal-sengal, dan badan kami yang basah kuyup dengan keringat masih sama-sama bergerak bersinggungan, rasakan beberapa sisa kepuasan orgasme.
Cerita Dewasa Riil Terkini 2018 Ibu Shinta Dosenku
Narasi Seks Asli 2018 Cerita seks ini terjadi saat saya saat waktu kuliah. Narasi Seks yang mencoba ingin saya untuk ke beberapa teman semua ialah pengalaman narasi dewasa dan narasi seks ku dengan dosen kuliahku. Dia mengajarkan mata kuliah bahasa inggris. Searah bersama waktu, sekarang saya dapat kuliah di kampus kemauanku. Namaku Jack, saat ini saya ada di Yogyakarta dengan sarana yang baik sekali sekali. Aku pikir saya cukup untung dapat bekerja sekalian kuliah hingga saya memiliki pendapatan tinggi.
Ceritaku ini bermula dari reuni SMA-ku di Jakarta. Kemudian saya berjumpa dengan dosen bahasa inggrisku, kami bercakap dengan akrabnya. Rupanya Ibu Shinta masih fresh fit dan benar-benar menarik. Performanya benar-benar mengagumkan, menggunakan rok mini yang ketat, kaos hebat tank hingga lekuk badannya terlihat demikian terang.
Narasi seks, narasi seks 2018, narasi seks terkini 2018, narasi seks igo, narasi seks serong, narasi seks sedarah, narasi seks setubuhian, narasi seks perawan, narasi seks 2018 terupdate, narasi dewasa igo, narasi ngentot terkomplet.
Terang saja ia masih terbilang muda karena saat saya SMA dahulu ia ialah guru paling muda yang mengajarkan di sekolah kami. Sekolahku itu hanya terdiri dari 2 kelas, umumnya pelajarnya ialah cewek. Cukup lama saya bercakap dengan Ibu Shinta, kami ternyata tidak sadar waktu bergulir secara cepat hingga beberapa undangan harus pulang. Lantas kami juga jalan munuju ke pintu gerbang sekalian telusuri ruangan kelas tempatku belajar waktu SMA dahulu.
Mendadak Ibu Shinta terpikir jika tasnya ketinggalan dalam kelas sehingga kami mau tak mau kembali lagi ke kelas. Saat itu kurang lebih nyaris jam 12 malam, tinggal kami berdua. Beberapa lampu di lapangan tengah saja yang masih ada. Sesampai di kelas, Ibu Shinta juga ambil tasnya selanjutnya saya terpikir akan masa silam bagaimana rasanya di kelas bersama beberapa teman. Lamunanku bubar saat Ibu Shinta panggilku.Narasi Seks Terkini Ibu Shinta Dosenku
“Jack mengapa?”
“Ah.. tidak ada apa-apa”, jawabku. (sebenarnya situasi sunyi dan sangat bergidik itu membuat keinginanku naik-turun apalagi ada Ibu Shinta di sampingku, membuat jantungku selalu berdebar).
“Mari Jack kita pulang, kelak Ibu kekurangan angkutan”, kata Ibu Shinta.
“Seharusnya Ibu saya antara dengan mobil saya”, jawabku dengan ragu.
“Terima kasih Jack”.
Tanpa menyengaja saya mengungkapkan isi hatiku ke Ibu Shinta jika saya sukai padanya,
“Oh my God what i’m doing”, dalam hatiku.
Rupanya kondisi berbicara lain, Ibu Shinta termenung saja dan secara langsung keluar ruangan kelas. Saya cemas dan berusaha meminta maaf.
Ibu Shinta rupanya telah pisah dengan suaminya yang bule itu, ucapnya suaminya pulang ke negaranya. Saya terheran dengan pengakuan Ibu Shinta. Kami stop sesaat di muka kantornya lantas Ibu Shinta keluarkan kunci dan masuk ke dalam kantornya, aku pikir buat apa masuk ke kantornya malam-malam ini.
Saya makin ingin tahu lantas masuk dan berniat ajaknya pulang tetapi Ibu Shinta menampik. Saya merasakan tidak sedap lantas menantinya, kurangkul bahu Ibu Shinta, secara cepat Ibu Shinta akan menampik tapi ada peristiwa yang tidak tersangka, Ibu Shinta menciumku dan aku juga membalas.
Ohh.., betapa senangnya saya ini, lantas secara cepat saya menciumnya dengan semua kegairahanku yang terkubur. Rupanya Ibu Shinta tidak ingin kalah, dia menciumku dengan keinginan yang besar sekali menginginkan kehangatan dari pria.
Dengan menyengaja saya telusuri dadanya yang lebih besar, Ibu Shinta terengah hingga kecupan kami semakin bertambah panas selanjutnya terjadi pergumulan yang hebat. Ibu Shinta mainkan tangannya ke tangkai kemaluanku hingga saya benar-benar terangsang.
Lantas saya minta Ibu Shinta buka pakaiannya, satu-satu kancing pakaiannya dibukanya halus, kutatap dengan penuh keinginan. Rupanya sangkaanku salah, dadanya yang kusangka kecil rupanya sangat besar dan cantik, BH-nya warna hitam berenda yang modenya sangat seksi.
Karena tidak sabar karena itu kucium lehernya dan sekarang Ibu Shinta 1/2 telanjang, saya tidak ingin langsung menelanjanginya, hingga pelan-pelan kunikmati keelokan badannya.
Aku juga buka pakaian hingga tubuhku yang tegap dan atletis menghidupkan nafsu Ibu Shinta,
“Jack kupikir Ibu ingin bercinta denganmu sekarang ini.., Jack, tutup pintunya dahulu donk”, bisiknya dengan suara cukup tergetar, mungkin meredam birahinya yang mulai naik
Tanpa diminta 2x, sekencang kilat saya selekasnya tutup pintu depan. Pasti supaya kondisi aman dan teratasi. Kemudian saya kembali lagi ke Ibu Shinta. Sekarang saya jongkok di depannya. Menguak rok mininya dan renggangkan ke-2 kakinya. Wuih, begitu mulus ke-2 pahanya. Pangkalnya terlihat menggunduk dibuntel celana dalam warna hitam yang sangat kurang.
Sekalian mencium pahanya tanganku menelusup di pangkal pahanya, meremas-remas lubang senggamanya dan klitorisnya yang besar. Lidahku semakin naik ke atas. Ibu Shinta menggeliat kegelian sekalian mendesah lembut. Pada akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya.
“Ingin apa kau sshh… sshh”, tanyanya lirih sekalian memegang kapalaku erat-erat.
“Ooo… oh.. oh..”, desis Ibu Shinta kenikmatan saat lidahku mulai bermain di gundukan lubang kepuasannya. Terlihat ia kenikmatan walau tetap terbatasi celana dalam.
Gempuran juga kutingkatkan. Celananya kulepaskan. Saat ini piranti rahasia kepunyaannya ada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris yang lebih besar sesuai sangkaanku. Di sekitarnya banyak rambut yang tidak demikian lebat. Lidahku selanjutnya main di bibir kemaluannya. Perlahan-lahan segera masuk ke dengan beberapa gerakan melingkar yang membuat Ibu Shinta semakin kenikmatan, sampai harus mengusung-angkat pinggulnya.
“Aahh… Kau pandai sekali. Belajar darimanakah hh…”
Tanpa sungkan-sungkan Ibu Shinta mencium bibirku. Lantas tangannya sentuh celanaku yang mencolok karena tangkai kemaluanku yang ereksi optimal, meremas-remasnya sesaat. Begitu halus kecupannya, walau masih polos. Saya selekasnya menjulurkan lidahku, mainkan di rongga mulutnya. Lidahnya kubelit sampai ia seperti akan tersendak. Sebelumnya Ibu Shinta seperti mau melawan dan melepas diri, tetapi tidak kubiarkan. Mulutku seperti menempel di mulutnya.
“Uh kamu pengalaman sekali ya. Sama siapa? Kekasihmu?”, tanyanya antara kecipak kecupan yang membara dan memulai liar.
Itil V3
Saya tidak menjawab. Tanganku mulai permainkan ke-2 payudaranya yang terlihat menarik tersebut. Agar tidak menyusahkanku, BH-nya kulepas. Sekarang ia telanjang dada. Tidak senang, selekasnya kupelorotkan rok mininya. Nach sekarang ia telanjang bundar. Begitu bagus badannya. Padat, kuat dan putih mulus.
“Tidak adil. Kamu harus juga telanjang..” Ibu Shinta juga menanggalkan kaos, celanaku, dan paling akhir celana dalamku.
Tangkai kemaluanku yang tegak penuh selekasnya diremas-remasnya. Tanpa dikomando kami rebah di atas tempat tidur, berguling-guling, sama-sama menindih. Saya merunduk ke selangkangannya, cari pangkal kepuasan kepunyaannya. Tanpa ampun kembali mulut dan lidahku serang wilayah itu dengan liar. Ibu Shinta mulai keluarkan jeritan-jeritan ketahan meredam nikmat. Nyaris lima menit kami nikmati permainan tersebut. Seterusnya saya merayap naik. Menyorongkan tangkai kemaluanku ke mulutnya.
“Giliran donk..” Tanpa menanti jawabnya selekasnya kumasukkan tangkai kemaluanku ke mulutnya yang imut.
Sebelumnya cukup kesusahan, tapi semakin lama ia dapat beradaptasi hingga tidak lama tangkai kemaluanku masuk ke dalam rongga mulutnya.
“Malah di sana enaknya.., Sejauh ini dengan suami bermain seksnya bagaimana?”, tanyaku sekalian menciumi payudaranya.
Ibu Shinta tidak menjawab. Ia justru menciumCbibirku dengan penuh nafsu. Tanganku juga dengan berganti-gantian mainkan ke-2 payudaranya yang kenyal dan selangkangannya yang mulai basah. Saya tahu, wanita itu telah kepengin ditiduri. Tetapi saya menyengaja biarkan ia jadi ingin tahu sendiri.
Tapi semakin lama saya tidak kuat , tangkai kemaluanku juga ingin selekasnya memacu lubang kepuasannya. Perlahan-lahan saya arahkan barangku yang kaku dan keras itu ke selangkangannya. Saat mulai tembus lubang kepuasannya, kurasakan badan Ibu Shinta cukup gemetaran.
“Ohh…”, desahnya saat dikit demi sedikit tangkai kemaluanku masuk ke dalam lubang kepuasannya.
Sesudah semua barangku masuk, saya selekasnya bergoyang turun naik di atas badannya. Saya semakin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan dan ke-2 payudaranya yang turut bergoyang-goyang.
Tiga menit sesudah kugenjot, Ibu Shinta menjepitkan ke-2 kakinya ke pinggangku. Pinggulnya dinaikkan. Nampaknya ia akan orgasme. Pacuan tangkai kemaluanku kutingkatkan.
“Ooo… ahh… hmm… ssshh…”, desahnya dengan badan menggeliat meredam kepuasan pucuk yang didapatnya.
Kubiarkan ia nikmati orgasmenya sesaat. Kuciumi pipi, dahi, dan semua mukanya yang berkeringat.
“Saat ini Ibu Shinta kembali. Menungging di meja.., saat ini kita bermain donk di meja ok!” Saya atur tubuhnya dan Ibu Shinta menurut.
Ia sekarang bertopang pada siku dan kakinya.
“Style apalagi ini?”, tanyanya.
Sesudah siap aku juga mulai memacu dan menggoyang badannya dari belakang. Ibu Shinta menjerit lagi dan mendesah rasakan kepuasan yang tidak ada taranya, yang mungkin sejauh ini tidak pernah ia peroleh dari suaminya. Sesudah ia orgasme sampai 2x, kami istirahat.
“Lelah?”, tanyaku. “Kamu ini serba aneh saja. Sampai ingin hancur tulang-tulangku”.
“Tetapi kan nikmat Bu..”, jawabku sekalian meremas lagi payudaranya yang bikin gemas.
“Ya dech jika lelah. Tetapi tolong satu kali lagi, saya ingin masuk supaya spermaku keluar. Nih sudah tidak tahan kembali tangkai kemaluanku. Saat ini Ibu Shinta yang di atas”, kataku sekalian atur tempatnya.
Saya terletang dan ia menempati pinggangku. Tangannya kubimbing supaya menggenggam tangkai kemaluanku masuk ke dalam selangkangannya. Sesudah masuk badannya kunaik-turunkan selaras pacuanku dari bawah. Ibu Shinta tersentak-sentak meng ikuti irama goyanganku yang lama-lama semakin cepat. Payudaranya yang turut bergoyang-goyang menambahkan nafsu gairahku. Apalagi disertai lenguhan dan jeritannya saat mendekati orgasme.
Saat ia capai orgasme saya belum apapun. Tempatnya selekasnya kuubah ke style konservatif. Ibu Shinta kurebahkan dan saya menembaknya di atas. Dekati klimaks saya tingkatkan frekwensi dan kecepatan pacuan tangkai kemaluanku.
“Oh Ibu Shinta.., saya ingin keluar nih ahh..” Selang beberapa saat spermaku muncrat dalam lubang kepuasannya.
Ibu Shinta selanjutnya susul capai klimaks. Kami berangkulan kuat. Kurasakan lubang kepuasannya demikian hangat menjepit tangkai kemaluanku. Lima menit lebih kami dalam posisi santai semacam itu.
Kami berangkulan, berciuman, dan sama-sama meremas kembali. Seperti tidak puas-puas rasakan kepuasan berurut yang barusan kami merasai. Kemudian kami bangun pada pagi hari, kami pergi cari makan pagi dan terlibat percakapan kembali. Ibu Shinta harus pergi mengajarkan hari itu dan sorenya baru dapat kujemput.
Narasi Dewasa Ibu Shinta Dosenku
Sore sudah datang, Ibu Shinta kujemput dengan mobilku. Kita makan di mall dan kami juga bergerak pulang ke arah tempat parkir. Pada tempat parkir tersebut kami berlaga lagi, saya mulai menciumi lehernya. Ibu Shinta mendangakkan kepala sekalian pejamkan mata, dan tanganku mulai meremas ke-2 buah dadanya. Napas Ibu Shinta semakin terengah, dan tanganku juga masuk antara ke-2 pahanya. Celana dalamnya telah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang.
“Uuuhh.., mmmhh..”, Ibu Shinta menggeliat, tetapi nafsuku telah tiba ke ubun-ubun dan aku juga buka dengan paksakan pakaian dan rok mininya.
Aaahh..! Ibu Shinta dengan posisi yang melawan di jok belakang dengan menggunakan BH merah dan CD merah. Saya selekasnya mencium puting susunya yang lebih besar dan tetap terbungkus dengan BH-nya yang seksi, berubah-ubah kanan dan kiri. Tangan Ibu Shinta mengelus sisi belakang kepalaku dan erangannya yang terganggu membuatku semakin tidak sabar. Saya menarik lepas celana dalamnya, dan nampaklah bukit kemaluannya.
Aku juga selekasnya memasukkan kepalaku ke tengah ke dua pahanya.
“Ehhh…, mmmhh..”. Tangan Ibu Shinta meremas jok mobilku dan pinggulnya tergetar saat bibir kemaluannya kucumbui.
Kadang-kadang lidahku beralih ke perutnya dan menjilat-jilatinya dengan perlahan-lahan.
“Ooohh.., aduuuhh..”. Ibu Shinta mengusung punggungnya saat lidahku menyelusup antara belahan kemaluannya yang demikian rapat.
Lidahku bergerak di atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai buka. Kadang-kadang lidahku membelai klitorisnya yang membuat badan Ibu Shinta terlonjak dan napas Ibu Shinta seolah tersendak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas ke-2 bukit dadanya. Putingnya jadi membesar dan mengeras. Saat saya stop menjilat dan mengulum, Ibu Shinta terkapar tersengal-sengal, matanya terpejam. Tergesa saya buka semua bajuku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Ibu Shinta.
“Mmmhh…, mmmhh.., ooohhm..”. Saat Ibu Shinta buka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku, sekarang iapun mulai mengisap.
Tanganku berganti-gantian meremas dadanya dan membelai kemaluannya.
“Oouuuh Ibu Shinta.., enaaaak.., teruuuss…”, erangku.
Ibu Shinta terus menghisap tangkai kemaluanku sekalian tangannya menyeka lubang kepuasannya yang sudah banjir karena terangsang melihat tangkai kemaluanku yang demikian besar dan gagah untuknya. Nyaris 20 menit ia mengisap tangkai kemaluanku dan tidak lama berasa sekali suatu hal didalamnya ingin loncat ke luar.
“Ibu Shinta.., ooohh.., enaaak.., teruuus”, teriakku.
Ia memahami jika saya ingin keluar, karena itu ia perkuat hisapannya dan sekalian menekan lubang kepuasannya, saya saksikan ia melafalkanng dan matanya terpejam, kemarin..,
“Creet.., suuurr.., ssuuur..”
“Oughh.., Jack.., nikmat..”, erangnya ketahan karena mulutnya tersumpal oleh tangkai kemaluanku.
Dan karena hisapannya terlampau kuat pada akhirnya saya pun tidak kuat meredam ledakan dan sekalian kutahan kepalanya, kusemburkan maniku ke mulutnya,
“Crooot.., croott.., crooot..”, banyak maniku yang tumpah dalam mulutnya.
“Aaahkk.., ooough”, ujarku senang. Saya belum juga merasa lemas dan mampu kembali, aku juga naik ke atas badan Ibu Shinta dan bibirku melumat bibirnya.
Wewangian kemaluanku berada di mulut Ibu Shinta dan wewangian kemaluan Ibu Shinta di mulutku, tukar saat lidah kami sama-sama membelit. Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke sela di selangkangan Ibu Shinta, dan sesaat selanjutnya kurasakan tangan Ibu Shinta menekan bokongku dari belakang. Baca : Cerita Dewasa Terkini 2018 Gadis Penjual Kepuasan
“Ohm, masuk.., augh.., masukkan”
Perlahan-lahan kemaluanku mulai menyodok masuk ke dalam lubang kemaluannya dan Ibu Shinta makin mendesah-desah. Selekasnya saja kepala kemaluanku berasa ketahan oleh suatu hal yang kenyal. Dengan 1 hentakan, tembuslah rintangan tersebut. Ibu Shinta memekik kecil. Saya menekan lebih dalam dan mulutnya mulai menceracau,
“Aduhhh.., ssshh.., iya.., terus.., mmmhh.., aduhhh.., sedap.., Jack”
Saya merengkuhkan ke-2 lenganku ke punggung Ibu Shinta, lantas mengubah ke-2 badan kami hingga Ibu Shinta saat ini duduk di atas pinggulku. Terlihat kemaluanku menancap sampai pangkal di kemaluannya. Tanpa perlu diajari, Ibu Shinta selekasnya gerakkan pinggulnya, sedangkan jari-jariku berganti-gantian meremas dan menggosok payudaranya, klitoris dan pinggulnya, dan kamipun berlomba-lomba capai pucuk.
Melalui beberapa saat, pergerakan pinggul Ibu Shinta semakin mengganas dan iapun membungkukkan badannya dengan bibir kami sama-sama melumat. Tangannya menjambak rambutku, dan pada akhirnya pinggulnya stop membentak. Berasa cairan hangat melumur semua tangkai kemaluanku. Sesudah badan Ibu Shinta melemas, saya mendorongnya sampai terlentang, dan sekalian menindihnya, saya memburu pucuk orgasmeku sendiri.
Saat saya capai klimaks, Ibu Shinta pasti rasakan siraman air maniku di lubang kepuasannya, dan iapun mengeluhkan lemas dan rasakan orgasmenya yang ke-2 . Demikian lama kami diam tersengal-sengal, dan badan kami yang basah kuyup dengan keringat masih sama-sama bergerak bersinggungan, rasakan beberapa sisa kepuasan orgasme.
Comments are closed.