Cerita Sex Berhubungan Dengan Dokter Cantik & Mesum

Narasi Seks Asli 2018 Beberapa pembaca sekaligus, terserah anda yakin atau mungkin tidak, tapi cerita ini betul-betul terjadi. Saat itu jika tidak salah sekitaran tahun akhir 2006 lalu, saat saya diwajibkan lakukan medical cek up dalam suatu klinik kesehatan di Jakarta, buat penuhi syarat supaya diterima bekerja dalam suatu perusahaan dan kebenaran saya dibawa rekan saya untuk meng ikuti program asuransi jiwa karena ia ialah agen dari salah satunya perusahaan terpenting di Indonesia, bila tidak salah nama perusahaannya ialah AIA.

Cersex Selingkuh – Sebetulnya saya cukup malas lakukan medical cek up ini. Tentu kembali lagi hanya check darah, air seni, dan kotoran saja. Selanjutnya dicheck oleh dokter menggunakan stetoskop untuk meyakinkan jika saya terserang penyakit atau mungkin tidak. Hanya itu menurut saya, tidak ada lainnya. Dokter yang hendak mengecek saya paling-paling dokter cowok, mana telah tua kembali.

Narasi seks, narasi seks 2018, narasi seks terkini 2018, narasi seks igo, narasi seks serong, narasi seks sedarah, narasi seks setubuhian, narasi seks perawan, narasi seks 2018 terupdate, narasi dewasa igo, narasi ngentot terkomplet.

Dengan sesekali menguap karena jemu karena hampir 1/2 jam saya menanti dokter yang tidak juga tiba. Walau sebenarnya saya telah lewat proses medical cek up yang pertama, yakni pemeriksaan darah, air seni, dan kotoran.

Seringkali saya bertanya ke orang di loket registrasi dan selalu mendapat jawaban sama, yakni supaya saya sabar karena dokternya diperjalanan dan mungkin sedang terjerat macet. Saya menyaksikan jam tangan pada tangan saya. Pada akhirnya saya putuskan jika jika dokternya tidak tiba 15 menit kembali, karena itu saya akan pulang saja ke rumah.

Dengan menarik napas kecewa, saya melihati sekitar saya. Tiba-tiba mata saya tertumbuk pada orang wanita yang barusan masuk ke klinik itu. Amboi, elok ia. Saya taksir umurnya sekitaran 35 tahun.

Tapi alamak, badannya seperti cewek baru usia 20an. Kuat dan padat. Buah dadanya yang membusung lumayan besar itu terlihat makin mencolok dibalik kaos oblong ketat yang dia gunakan. Gumpalan bokongnya dibalik celana jeans-nya yang ketat, teramat menghidupkan hasrat. Batinku, coba dokternya ia ya. Tidak ada apa-apa dech jika harus dicheck beberapa jam olehnya.

Namun karena rasa jemu yang telah semakin menjadi, saya tidak memerhatikan wanita itu kembali. Saya kembali terbenam dalam lamunan yang tidak pasti arahnya.

“Mas, silahkan masuk. Itu dokternya telah tiba.” Petugas di loket registrasi membubarkan lamunan saya.

Waktu itu saya telah akan memilih untuk pulang ke rumah, ingat waktu telah berakhir limabelas menit. Dengan malas- malasan saya bangun dari kursi dan jalan masuk ke dalam ruangan check dokter.

“Selamat malam”, suara halus menegur saat saya buka pintu ruangan check dan masuk ke.

Saya melihat ke suara yang sangat mempersejuk hati tersebut. Saya terkesima, rupanya dokter yang hendak mengecek saya ialah wanita elok tadi sebelumnya sempat saya lihat sesaat. Saat itu juga itu saya jadi semangat lagi.

“Selamat malam, Dok”, sahut saya.

Dia tersenyum. Aah, luluhlah hati saya karena senyumnya ini yang makin membuat elok.

“Oke, saat ini kamu coba membuka kaos kamu dan tiduran di situ”, kata si dokter sekalian menunjuk ke tempat tidur yang berada di pojok ruangan check itu.

Saya juga menurut. Sesudah melepaskan kaos oblong, saya membaringkan diri pada tempat tidur. Dokter yang rupanya namanya Dokter S itu mendekati saya secara berkalungkan stetoskop di lehernya yang tingkatan dan putih.

“Kamu sebelumnya pernah terserang penyakit berat? Tipus? Lever atau yang lain?” Tanyanya. Saya geleng-geleng. “Saat ini kamu coba ambil napas lantas embuskan, demikian berkali-kali ya.” Dengan stetoskopnya, Dokter S mengecek badan saya.

Saat stetoskopnya yang dingin itu sentuh dada saya, saat itu juga itu sesuatu saluran aneh menyebar di badan saya. Tanpa saya ketahui, saya alami, tangkai kemaluan saya mulai menegang. Saya jadi grogi, takut jika Dokter S tahu. Tetapi untuk dia tidak memerhatikan pergerakan dibalik celana saya.

Tetapi tiap sentuhan stetoskopnya, apalagi sesudah tangannya menekan-nekan ulu hati saya untuk mengecek apa sisi itu berasa sakit atau mungkin tidak, makin menambah tangkai kemaluan saya semakin bertambah tegak kembali, hingga cukup mencolok dibalik celana panjang saya.

“Wah, mengapa kamu ini? Kok itu kamu berdiri? Terangsang saya ya?” Mati dech! Rupanya Dokter S ketahui apa yang terjadi di selangkangan saya.

Aduh! Muka ini rasanya ingin ditempatkan di mana. Malu sekali!

“Nach, kamu coba lepas celana panjang dan celana dalam kamu. Saya ingin check kamu menanggung derita hernia atau mungkin tidak.” Nach lho! Kok menjadi ini?! Tetapi saya menurut saja.

Saya tanggalkan semua celana saya, hingga saya telanjang bundar di muka Dokter S yang bak bidadari tersebut.
Edan! Dokter S ketawa menyaksikan tangkai kemaluan saya yang mengeras tersebut. Tangkai kemaluan saya itu memanglah tidak terlampau panjang dan besar, justru termasuk memiliki ukuran kecil.

Tapi apabila sudah menegang seperti waktu itu, jadi cukup mencolok.

“Uh, burung kamu agar kecil tetapi dapat tegang “, kata Dokter S terasanya mengelus tangkai kemaluan saya dengan tangannya yang lembut.

Itil V3
Muka saya jadi bersemu merah dibikinnya, sedangkan tanpa bisa dihindari kembali, tangkai kemaluan saya semakin tegak terjamah tangan Dokter S. Dokter S tetap mengelus-elus dan menyeka-usap tangkai kemaluan saya itu dari pangkal sampai ujung, meremas-remas buah zakar saya.

“Mmm.. Kamu sebelumnya pernah bermain?” Saya geleng-geleng. Jangankan sebelumnya pernah bermain.

Baru ini kali saya telanjang di muka seorang wanita! Mana elok dan molek kembali!

“Aahh..” Saya mendesah saat mulut Dokter S mulai mengulum tangkai kemaluan saya.

Lantas dengan lidahnya yang keliatannya telah mengusai digelitiknya ujung kemaluan saya itu, membuat saya menggerinjal-gerinjal. Semua tangkai kemaluan saya hampir masuk ke mulut Dokter S yang elok tersebut. Dengan terus-menerus dihisap-sedotnya tangkai kemaluan saya. Berasa geli dan sangat nikmat. Baru ini kali saya merasa kan kepuasan yang tidak tertandingi semacam ini.

Dokter S selekasnya meneruskan bermainnya. Dia masukkan dan keluarkan tangkai kemaluan saya dari dalam mulutnya berkali-kali. Gesekan-gesekan di antara tangkai kemaluan saya dengan dinding mulutnya yang basah menghidupkan kepuasan tertentu untuk saya.

“Auuh.. Aaahh..” Pada akhirnya saya tidak tahan kembali.

Kemaluan saya menyemprot cairan kental warna putih ke mulut Dokter S. Seperti kehausan, Dokter S meneguk semua cairan kental itu sampai habis.

“Duh, saat baru demikian saja kamu sudah keluar.” Dokter S mengejek saya yang baru bermain oral saja telah capai klimaks.
“Dok.. Saya.. baru pertama kalinya.. lakukan ini..” jawab saya terengah- engah.

Dokter S tidak menjawab. Dia melepaskan jas dokternya dan menyampirkannya di gantungan pakaian di dekat pintu. Selanjutnya dia melepaskan kaos oblong yang dikenainya, celana jeans- nya. Mata saya melotot melihati payudara montoknya yang nampaknya seperti tidak sabar ingin mencemooht keluar kembali BH-nya yang lembut.

Mata saya terasanya ingin meloncat keluar saat Dokter S melepas BH-nya dan melepas celana dalamnya. Astaga! Baru saat ini saya sebelumnya pernah menyaksikan payudara sebesar ini. Benar-benar besar tetapi terawat dan kuat. Tidak ada pertanda kendor atau lipatan- lipatan lemak di badannya. Demikian juga bokongnya. Masih menggumpal bundar yang montok dan kenyal. Betul- betul badan paling prima yang dulu pernah saya saksikan sepanjang hidup saya.

Saya alami tangkai kemaluan saya mulai bangun melihat lagi panorama yang teramat cantik ini. Dokter S mendekati lagi saya. Dia memberikan payudaranya yang menggantung kenyal ke muka saya. Tanpa ingin menghabiskan waktu, saya segera terima pemberiannya. Mulut langsung menangkap payudara yang cantik ini.

Sekalian menyedot-nyedot puting susunya yang sangat tinggi itu, mengingati saya waktu saya menyusu pada ibu saya saat lagi kecil. Dokter S ialah wanita yang ke-2 yang dulu pernah saya hisap-isap payudaranya, sudah pasti sesudah ibu saya saat saya tetap kecil.

“Uuuhh.. Aaah..” Dokter S mendesah- desah ketika lidah saya menjilat-jilat ujung puting susunya yang demikian tinggi melawan.

Saya mempermainkan puting susu yang sangat menarik ini dengan bebasnya. Sesekali saya gigit puting susunya tersebut. Tidaklah cukup keras memang, tetapi cukup membuat Dokter S menggeliat sekalian meringis-ringis.

Selang beberapa saat, tangkai kemaluan saya siap tempur kembali. Saya tarik tangan Dokter S supaya turut naik ke atas tempat tidur. Dokter S pahami apa tujuan saya. Dia segera naik ke atas badan saya yang tetap tiduran tertelentang pada tempat tidur.

Pelan-pelan dengan badan sedikit merunduk dia arahkan tangkai kemaluan saya ke lubang kewanitaannya yang sekitarnya banyak bulu-bulu lebat kehitaman. Lantas dengan lumayan keras, sesudah tangkai kemaluan saya masuk satu cm ke lubang kewanitaannya, dia turunkan bokongnya, membuat tangkai kemaluan saya nyaris ketelan semuanya dalam lubang senggamanya.

Saya melenguh keras dan menggerinjal- gerinjal cukup kuat waktu ujung tangkai kemaluan saya sentuh pangkal lubang kewanitaan Dokter S. Mengetahui jika saya mulai terangsang, Dokter S menambahkan kualitas bermainnya.

Dia menggerak- gerakkan bokongnya berputar ke kiri ke kanan dan turun naik ke atas ke bawah. Demikian selanjutnya berkali-kali dengan tempo yang makin lama makin tinggi. Membuat badan saya jadi meregang rasakan nikmat yang tidak ada tara. Saya merasakan hampir tidak kuat kembali. Tangkai kemaluan saya hampir menyemprot cairan kepuasan kembali. Tetapi saya coba meredamnya semaksimal mungkin dan coba menyeimbangi permainan Dokter S yang liar tersebut.

Pada akhirnya..,

“Aaahh.. Ouuhh..” Saya dan Dokter S sama menjerit keras.

Kami berdua capai klimaks nyaris bersama. Saya menyemprot air mani saya dalam lubang kewanitaan Dokter S yang tetap berdenyut- renyut menjepit tangkai kemaluan saya.

Demikian kejadian yang terjadi siang tersebut. Dan ingin tahu apa hasil medical cek up yang spesial itu? Saya dipastikan sehat secara fisik dan sudah pasti secara psikis. Lebih-lebih lagi secara birahi. Pasti beberapa pembaca semua paham tujuan saya ini.

Dan pada akhirnya saya sukses diterima di perusahaan besar itu yang disebut mimpi saya sudah sejak lama dan saya sukses memperoleh asuransi kebijakan dari AIA sekaligus menolong rekan saya memperoleh komisinya. Sayang, permainan saya yang menggelora itu dengan Dokter S adalah pengalaman saya yang pertama sekalian yang paling akhir.

Dia kelihatannya menghindari jika saya menyengaja tiba ke arah tempat praktik dokternya. Dengan argumen repot atau sejuta argumen yang lain, Dokter S selalu menampik menjumpai saya. Saya tidak paham kenapa dia berlaku semacam itu. Ah, agar saja!

Comments are closed.